HUKUM SHALAT BERJAMA'AH
TAPI MAKMUM TIDAK BISA MELIHAT GERAKAN IMAM KARNA TERHALANG TEMBOK ATAU MAKMUM
BISA MELIHAT MONITOR TV DAN SUARA
Diantara syarat sah
menjadi ma'mum, adalah mengatahui akan pindahnya imam dari satu rukun ke rukun
yang lainnya. Mengetahuinya itu, baik dengan melihat sendiri atau melihat
sebagian shaf, atau mendengar suara imam atau suara muballigh yang tsiqoh
(terpercaya).
Dan kalau salah seorang
daripada ma'mum atau imam berada di ruangan bawah dan yang lainnya di ruangan
atas atau sebaliknya, maka hukumnya adalah :
- Bila ruangan bawah
dan ruangan atas dua-duanya masjid, maka disyaratkan –disamping mengetahui
pindah-pindahnya imam dari satu rukun ke rukun yang lainnya dan tidak
mendahuluinya ma'mum atas imam pada tempat berdiri- adanya tangga penghubung
yang menghubungkan antara dua ruangan tersebut, sehingga ma'mum dapat sampai
menuju imam, meskipun tangga penghubung itu adanya dibelakang.
- Bila ruangan atas
masjid dan ruangan bawah bukan masjid atau sebaliknya, maka disyaratkan
–disamping mengetahui pindah-pindahnya imam dari satu rukun ke rukun yang
lainnya dan tidak mendahuluinya ma'mum atas imam pada tempat berdiri- adanya
tangga penghubung yang menghubungkan antara dua ruangan tersebut di bagian
depan, sehingga ma'mum dapat sampai menuju imam tanpa membelakangi kiblat atau memutar. Dan juga jarak antara keduanya
tidak lebih dari 300 hasta (+ 150 Meter)
Jadi, jawaban kami
untuk pertanyaan bapak, adalah sah mengikutnya ma'mum yang mengetahui
pindah-pindahnya imam dari satu rukun kepada rukun yang lainnya, melalui
pengeras suara atau TV monitor yang ada pengeras suaranya itu asalkan ada
penghubung antara ruangan ma'mum yang di atas dengan imam yang di bawah atau
sebaliknya, penghubungnya dengan tangga atau seumpamanya.
Sebagai landasan
jawaban, kami ingin membacakan firman Allah SWT dan hadits Nabi, sebelum pendapat-pendapat
para ulama yang masyhur-masyhur, adalah sebagai berikut :
قال
تعالى : وما ءاتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا [الحشر : 7]
Artinya : apa yang
didatangkan Rasul kepadamu maka ambillah dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. ( QS. Al Hasyr : 7)
قال
تعالى : فاسئلوا أهل الذكر ان كنتم لا تعلمون [النحل : 43]
Artinya : maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kamu tidak mengetahui. (QS.
An Nahl : 43)
عن
عائشة رضى الله عنها قالت : صلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم فى حجرتى ، والناس يأتمون
به من وراء الحجرة ، يصلون بصلاته
Artinya : Diriwayatkan
dari Siti Aisyah r.a ia berkata : " Nabi SAW pernah shalat di kamarku, dan
orang-orang berma'mum kepadanya dari balik kamar, mereka shalat mengikut dengan
shalatnya Nabi. (HR. Al Bukhori dan Ahmad Bin Hanbal)
Hadits di atas
menunjukkan bahwa boleh berma'mum kepada Imam meskipun antara keduanya
terhalang tembok dan lainnya.
Karena yang mengerti
maksud Nabi adalah ulama, baiklah di sini saya akan melanjutkan dengan
komentar-komentar dan pandangan para ulama tentang jawaban pertanyaan bapak,
agar lebih yakin dan lebih jelas.
Al Imam Nawawi dalam
kitabnya Al Majmu' Syarah Al Muhadzzab jilid 4 halaman 134, menghikayatkan
ijma' ulama tentang masalah ini, kesimpulannya adalah sebagai berikut :
اذا
تباعدت الصفوف عن الامام وكانت الصلاة فى المسجد صح الاقتداء اذا علم المأموم صلاة
الامام سواء حال بينهما حائل أم لا وسواء قربت المسافة بينهما أم بعدت لكبر المسجد
وسواء اتحد البناء ام اختلف كصحن المسجد وصفته وسرداب فيه وبئر مع سطحه وساحته ، فى
كل هذه الصور وما أشبهها تصح الصلاة اذا علم صلاة الامام ولم يتقدم عليه سواء كان المأموم
أعلى من الامام أو أسفل منه ولا خلاف فى هذا ونقل أصحابنا فيه اجماع المسلمين
Artinya : Apabila shaf
itu jauh dari imam dan shalatnya di masjid, maka shah pengikutan itu , bila
ma'mum mengetahui akan shalatnya imam . sama saja apakah terhalang oleh
penghalang antara keduanya atau tidak, sama saja apakah jarak keduanya dekat
atau jauh karena besarnya masjid, sama saja, apakah sama ruangan ma'mum dan
imam atau berbeda, seperti bagian tengan masjid, atau
terasnya, atau grounnya dan sumurnya, serta ruangan ruangan atasnya dan halaman
atasnya. Pada gambaran-gamabaran ini dan seumpamanya, maka sah shalat itu bila
ma'mum mengetahui shalatnya imam dan tidak mendahului barisannya atas imam.
Sama ada ma'mum itu lebih tinggi dari imam atau di bawah. Dan tidak ada
perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang masalah ini. Dan para ashab syafi'I
menukilkan akan adanya ijma'ulama muslimin tentang masalah ini.
Tersebut dalam kitab Al
Yaqut An Nafiis, karya As Syeikh Sayyid
Ahmad bin Umar As Syathry Al Husainy , hal 46 sebagai berikut :
وأن
يعلم انتقالات إمامه [بأن يراه أو يرى بعض المأمومين أو يسمع صوتا ولو من مبلغ ولو
غير مصل] وأن يجتمعا فى مسجد [وإن بعدت المسافة وحالت الأبنية لكن بشرط إمكان المرور
العادى من كل من محليهما الى الآخر ولو بازورار وانعطاف
]
Artinya : Dan diantara
syarat sah berjama'ah yaitu, hendaklah ma'mum mengetahui pindah-pindahnya imam
dari satu rukun ke rukun yang lainnya. Ma'mum mengetahuinya dengan cara ia
melihat sendiri, atau melihat sebagian ma'mum, atau mendengar suara, meskipun dari
muballigh dan meskipun muballignya itu tidak shalat. Dan diantara syarat sah
berjama'ah yaitu, hendaklah keduanya (ma'mum dan Imam) berkumpul dalam satu
masjid. Meskipun jaraknya jauh dan terhalang oleh bangunan-bangunan (seperti
yang satu pada lantai bawah dan yang satunya pada lantai atas) tetapi dengan
syarat dimungkinkan berjalan yang bangsa adat dari tiap-tiap satu dari keduanya
menuju yang lainnya, walaupun dengan berputar dan berbelok) dari arah kiblat.
Dan juga tersebut dalam
kitab Faydhul Ilaahil Maalik karya Al Allamah Sayyid Umar Barkat bin
Sayyid Muhammad Barkat As Syamy, Juz
I halaman 172 Sebagai berikut :
ومتى
اجتمع الإمام والمأموم فى مسجد صح الإقتداء مطلقا وإن تباعدا أو اختلف البناء مثل أن
يقف احدهما فى السطح والآخر فى بئر فى المسجد وإن أغلق باب السطح لكن يشترط العلم بانتقالات
الإمام إما بمشاهدته أو سماع مبلغ
Artinya : Manakala
berkumpul imam dan ma'mum di masjid, maka sah berma'mum secara mutlak, meskipun
jauh keduanya ataupun meskipun berbeda ruangannya, seprti berdiri salah satu
keduanya di atas dan yang lainnya di sumur masjid, meskipun terkunci pintu yang
atas, akan tetapi disyaratkan mengetahui pindah-pindahnya imam (dari satu rukun
ke rukun yang lainnya). Adakalanya dengan melihat baginya, atau mendengar suara
muballigh.
Dan juga tersebut dalam
kitab Fathul Mu'in, karya Syeikh Zainuddin Al Malibary halaman 36 sebagai
berikut :
ومنها
علم بانتقال إمام برؤية له او لبعض صف او سماع لصوته او صوت مبلغ ثقة ، ومنها اجتماعهما
اي الامام والمأموم بمكان كما عهد عليه الجماعات فى العصر الخالية ، فان كانا بمسجد...
صح الإقتداء به وان زادت المسافة بينهما على ثلاثمائة ذراع او اختلفت الأبنية بخلاف
من ببناء فيه لا ينفذ بابه اليه بأن سمر أو كان سطحا لا مرقى له منه فلا تصح القدوة
حينئذ
Artinya : Dan diantara
syarat sah berma'mum, yaitu mengetahui pindah-pindahnya imam dari satu rukun ke
rukun yang lainnya. dengan cara melihat sendiri baginya, atau melihat sebagian
shaf, atau mendengar suara imam, atau suara muballigh yang kepercayaan. Dan
diantara syarat sah berma'mum, yaitu berkumpul kedua ma'mum dan imam pada
tempat sebagaimana telah diketahui atasnya berjama'ah pada masa-masa yang
lampau. Kalau kedua imam dan ma'mum itu berada dalam satu masjid …. Maka sah
berma'mum, meskipun jarak antara keduanya melebihi 300 hasta dan meskipun
berbeda-beda ruangannya. Lain halnya orang yang berada pada ruangan masjid yang tidak tembus pintu ruangan itu ke
masjid dengan dipaku pintunya itu, atau adalah ma'mum itu di tingkat atas yang
tidak ada tangga penghubung padanya, maka tidak sah berma'mum, karena tidak
berhimpun ketika itu.
Dari sinilah dapat
diambil faham, bahwa bila ma'mum berkumpul dengan imam di masjid, si ma'mum di
lantai atas dan imam di lantai bawah atau sebaliknya dan masih terdengar suara
imam, dan ada tangga penghubung antara lantai satu dan atas maka mengikutnya ma'mum
kepada imam hukumnya sah karena masih dikatakan berkumpul dengan imam ketika
itu.
Dan juga tersebut dalam
kitab Nihayatuzzein, Karya Syeikh Nawawi bin Umar al Bantani, halaman 122
sebagai berikut :
(فان كانا بمسجد) فالمدار على العلم بالانتقالات بطريق من الطرق
المتقدمة ، وحينئذ (صح الإقتداء) وان بعدت
المسافة بينهما وزادت على ثلاثمائة ذراع ، ولا بد من إمكان الوصول الى الإمام ولو بازورار
وانعطاف ... ولو كان احدهما بعلو كسطح المسجد
أو منارته والآخر بسفل كسردابه أوبئر فيه لا يضر
Artinya : Maka kalau
keduanya ( imam dan ma'mum) itu berada dalam satu masjid, maka patokannya atas
mngtahui pindah-pindahnya imam dari satu rukun ke rukun yang lainnya deengan
satu cara dari cara-cara yang terdahulu. Ketika itu, maka sah berma'mum, meskipun
jarak antara keduanya jauh dan lebih dari 300 hasta. Dan tak dapat tidak
daripada penghubung ma'mum agar bisa sampai kepada imam, meskipun berputar dan berbelok. …. Kalau
salah satu keduanya di ruangan atas seperti loteng masjid atau menaranya dan
yang satunya di ruangan bawah seperti bangunan dibawah tanah atau sumur yang di
area masjid makahukumnya tidak mengapa.yakni sah berma'mumnya.
Dan tersebut dalam
kitab Bughyatul Mustarsyidin, karya Syaikh Al Allamah Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al Masyhur, halaman 71 sebagai
berikut :
لا
يشترط فى المسجد كون المنفذ أمام المأموم أو بجانبه بل تصح القدوة وان كانت خلفه وحينئذ لو كان الامام
فى علو والمأموم فى سفل او عكسه كبئر ومنارة وسطح فى المسجد وكان المرقى وراء المأموم
بأن لا يصل الى الامام الا بازورار بان يولى ظهره القبلة صح الإقتداء لاطلاقهم صحة
القدوة فى المسجد وان حالت الأبنية المتنافذة الأبواب اليه والى سطحه فيتناول كون المرقى
المذكور امام الإمام او وراءه او يمينه او شماله بل صرح فى حاشية النهاية والمحلى بعدم
الضرر وان لم يصل الى ذلك البناء الا بازورار وانعطاف نعم ان لم يكن بينهما منفذ اصلا
لم تصح القدوة على المعتمد
Tidak disyaratkan pada
masalah masjid keadaan penghubung itu di depan ma'mum atau di sampingnya.
Bahkan sah berma'mum meskipun penghubung itu di belakang ma'mum. Dari sinilah,
kalau sekiranya imam ada di ruangan atas dan ma'mum berada di ruangan bawah
atau sebaliknya seperti di sumur, menara dan loteng masjid sementara tangga
penghubung adanya di belakang ma'mum dengan artian ma'mum tidak dapat sampai
kepada imam kecuali dengan berbelok dengan memalingkan punggungnya dari arah
kiblat maka sah hukum berma'mumnya. karena para ulama memutlakkannya akan
keesahan berma'mum di masjid, meskipun terhalang bangunan yang terhubung
pintu-pintunya ke masjid atau lotengnya. Maka dari kemutlakan itu, tercakuplah
keadaan tangga penghubung tersebut adanya di depan ma'mum atau di belakang atau
samping kanan atau samping kiri ma'mum. Bahkan dijelaskan dengan tegas dalam
kitab Hasyiah Nihayatul Muhtaj dan Hasyiah Al Mahally dengan tidak
madhorot/mengapa. Meskipun tidak sampai ke ruangan itu kecuali dengan berbelok
dan berpaling. Tetapi, kalau tidak ada penghubung sama sekali antara ma'mum dan
imam maka tidak sah berma'mumnya menurut qaul mu'tamad.
Dan tersebut dalam
kitab Al Fawa'id Al Tsaminah, karya Al Allamah Al Habib Muhammad bin Salim bin
Hafiizh Al Husainy Hal 96 sebagai berikut :
اعلم
أن للإمام والمأموم ثلاث حالات الحالة الاولى : أن يجتمعا فى مسجد فيشترط العلم بانتقالات
الامام وعدم التقدم عليه فى الموقف وان يمكن الوصول الى الامام ولو بازورار وانعطاف
الحالة الثانية والثالثة أن يكونا خارج المسجد او يكون احدهما فى المسجد والآخر خارجه
فيشترط مع ماذكر ان يمكن الوصو الى الامام بغير ازورار وانعطاف وان لايكون بينهما حائل
يمنع الرؤية او المرور وان لا يزيد ما بينهما على ثلاثمائة ذراع تقريبا
Artinya : Ketahuilah !
bahwa bagi imam dan ma'mum mempunyai tiga keadaan. Pertama, keduanya berkumpul
di masjid, maka disyaratkan mengetahui dengan pindah-pindahnya imam dari satu
rukun ke rukun yang lainnya, tidak mendahului imam pada tempat berdiri dan ada
penghubung yang dapat sampai ke imam meskipun dengan berputar dan berbelok.
Kedua, ma'mum dan imam berada di luar
masjid dan ketiga salah satu keduanya di masjid dan yang satunya di luar
masjid, maka pada dua keadaan in,- disamping syarat yang telah tersebut dahulu
itu- disyaratkan dapat sampai kepada imam dengan tidak berbelok dan berpaling
dari arah kiblat, tidak ada penghalang antara ma'mum dan imam yang mencegah
melihat atau berjalan menuju imam danjarak antara imam dan ma'mum tidak lebih atas jarak +300 hasta.
Dari uraian di atas,
timbul pertanyaan, bagaimana kalau pengeras suara itu mati ditengah-tengah
pelaksanaan berjama'ah? Bagaimana hukumnya.
Kalau keadaannya
seperti itu, maka ma'mum wajib mufarokoh, kalau tidak maka shalatnya ma'mum
tidak sah.
Tersebut dalam kitab Ad
Durrotul Yatimah, karya Al Allamah Sayyid Muhammad bin Ali bin Muhammad Ba
Athiyyah, halaman 176 sebagai berikut :
لو
صلى مع إمام فى مسجد والامام فى الدور الاسفل والمأموم فى الدور الأعلى وكان علمه بانتقالات
الإمام عن طريق مكبر الصوت فطرأ عليه عطب عليه
أعدم المأموم معرفة انتقالات الإمام ولا وسيلة الى علمه بالإنتقالات فعند ذلك يفارق
المأموم الإمام ويكمل الصلاة
Artinya : Kalau
seseorang shalat bersama imam di masjid, imam berada di lantai bawah dan ma'mum
berada di lantai atas, sementara tahunya ma'mu akan pindah-pindahnya imam dari
satu rukun ke rukun yang lainnya hanya melalui pengeras suara, lalu tiba-tiba rusak
sehingga ma'mum tidak mengetahui pindah-pindahnya imam dari satu rukun ke rukun
yang lainnya dan tidak ada jalan untuk mengetahui imam dengan pindah, maka
ketika itu, ma'mum hendaklah mufarokoh dengan imam dan menyempurnakan
sahalatnya sendiri-sendiri.
Dan juga, kalau tidak
ada hajat, seperti ruangan bawah sudah penuh, makruh hukumnya ma'mum lebih
tinggi dari imam atau sebaliknya, sebagaimana tersebut dalam kitab As Syamsul
Muniroh, karya Al Allamah Al Habib Ali Bin Hasan Ba Harun, Juz I halaman 354 sebagai
berikut :
يكره
ارتفاع المأموم على الإمام وعكسه بلا حاجة ولو فى المسجد ارتفاعا يظهر حسا وان قل حيث
عده العرف ارتفاعا ومحل الكراهة اذا امكن وقوفهما على مستو والا بان كان موضع الصلاة موضوعا على هيئة فيها ارتفاع وانخفاض فلا كراهة
وفى فتاوى الحمال الرملى اذا ضاق الصف الاول عن الاستواء يكون الصف الثانى الخالى عن
الارتفاع اولى من الصف الاول مع الارتفاع
Artinya : Makruh
hukumnya ma'mum lebih tinggi tempatnya dari imam atau sebaliknya bila tida ada
hajat, meskipun di masjid dengan tinggi yang jelas secara nyata , meskipun
sedikit, sekiranya 'uruf menganggap tinggi. Tempatnya makruh bila memungkinkan
berdiri keduanya pada tempat yang rata , kalau tidak, seperti tempat shalatnya
dibentuk dengan tinggi dan rendah maka
tidak makruh. Dan disebutkan dalam kitab Fatawi karangan Imam Jamaluddin Ar
Romly : Bila shof awal telah penuh (sempit) dengan lurus sama imam dalam satu
ruangan, maka shof kedua yang masih selantai lebih utama dari shof awal namun
di bagian yang tinggi.
Demikian jawaban kami
yang telah dimudahkan oleh Allah SWT, semoga dapat difahami dan membawa manfa'at. Wallaahul muaffiq.
Sebagai penutup, ada
baiknya kami tuliskan syarat-syarat berma'mum yang lengkapnya, adalah sebagai
berikut:
Tersebut di dalam kitab Fathul Allam Jilid 2 hal.
496-533 karangan Al Imam Sayyid Muhammad bin Abdullah Al Jurdany dan pada kitab
Nadhjul kalam fi Nushil Imam halaman 230-234 karangan Syeikh Ahmad bin Muhammad Al Manufy :
وشروط
القدوة سبعة ١ أن لا يتقدم المأموم على الإمام
فى جهة القبلة بعقب ٢ نية القدوة ٣ توافق نظم الصلاتين فى الافعال والاركان ٤ الموافقة اي موافقة المأموم الإمام فى سنن تفخش
فيها المخالفة ٥ متابعة الإمام اي عدم سبقه اي المأموم لإمامه أو تخلفه عنه بركنين
فعليين ٦ العلم بالافعال الظاهرة من صلاة الإمام إما بمشاهدة الإمام وإما مشاهدة بعض
الصفوف وإما بسماع صوت الإمام أو صوت المبلغ ٧ اجتماع الإمام والمأموم فى الموقف
Artinya : Syarat-syarat
mengikut imam itu ada tujuh . 1. ma'mum tidak mendahului imam pada arah kiblat,
dengan tumitnya. 2. niat berma'mum. 3. bersesuaian aturan shalat imam dan
ma'mum pada perbuatan dan rukunnya. 4. mengikut, yakni bersesuaian ma'mum dengan
imam pada sunat-sunat yang mencolok menyalahinya (seperti tasyahud awal) 5.
mengikut imam, yakni tidak mendahului imam atau terbelakang dari imam dengan
dua rukun fi'ly. 6. mengetahui perbuatan yang zhahir dari imam, adakalanya
melihat langsung, atau melihat sebagian shaf, dan adakalanya mendengar suara
imam atau suara muballigh. 7. berkempul imam dan ma'mum dalam satu tempat.
Adapun syarat berma'mum
kepada imam pada hal-hal yang berkenaan dengan syarat-syarat imam ada 5.
sebagaimana tersebut di dalam kitab At Taqrirotus sadiidah jilid 1 hal. 292-293
karangan Syeikh Al habib Hasan bin Ahmad
Al Kaf :
وشروط
صحة القدوة (اي حال المأموم مع الإمام اي المتعلقة
بصفات الإمام) خمسة : [1] أن لا يعلم المأموم بطلان صلاة إمامه [2] أن لا يعتقد المأموم
وجوب قضاء الصلاة على الإمام [3] أن لا يكون الإمام مأموما [4] أن لا يكون الامام أميا
[5] أن لا قتدى الرجل بامرأة أو خنثى
Artinya : Syarat-syarat
sah mengikut imam yakni syarat yang bertalian dengan imam ada lima . 1.
Hendaklah ma'mum tidak mengetahui batalnya shalat imam. 2. hendaklah ma'mum
tidak berkeyakinan akan wajib mengulang shalatnya si imam. 3. Hendaklah imam
itu tidak masih berstatus ma'mum. 4. hendaklah imamnya itu bukan ummy (orang
yang tidak bisa membaca fatihah dengan benar) 5. hendaklah laki-laki tidak
berma'mum kepada Imam perempuan atau banci.